Selasa, 15 Maret 2011

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA (bag 1)

- Sejarah menguraikan rangkaian-rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu, sehingga tergambar dengan jelas perubahan-perubahan yang terjadi dalam satu kurun waktu. Perubahan-perubahan tersebut bisa melaihrkan keadaan sekarang lebih baik ataupun lebih buruk dari keadaan masa lalu. Apakah setelah sekian tahun dilakukan pembangunan ekonomi, keadaan ekonomi sekarang lebih maju atau lebih mundur. Hal ini perlu kita nilai berdasarkan tolok ukur atau kriteria kemajuan ekonomi.

- Dalam kontek sejarah, satu peristiwa yang terjadi tidak berdiri sendiri dalam arti peristiwa tersebut tidak berkaitan dengan peristiwa-peristiwa lain sebelumnya. Ada hubungan sebab akibat, ada hubungan saling mempengaruhi antara satu peristiwa dengan peristiwa lain. Untuk mengetahui bagaimana sifat hubungan itu, bagaimana akibat peengaruh hubungan itu, kita perlu memahami beberapa peralatan analisis ekonoim.

(1) Kriteria Kemajuan Ekonomi

a. Bagi negara-negara maju/ industri

1) Tingkat pendapatan per kapita

2) Distribusi pendapatan nasional

3) Tingkat inflasi

4) Tingkat pengangguran

Sejauh yang merupakan obyek perhatian adalah ekonoi negara-negara yang masih berkembang maka perlu diperhatikan beberapa aspek lagi (B.S. Mulana, 1983).

b. Bagi negara-negara sedang berkembang

- Kriteria yang bersifat struktural:

1) Tingkat pendapatan per kapita

2) Distribusi pendapatan nasional

3) Peranan sektor industri/ mfanufakturing dan jasa

4) Keterpaduan antar industri, antar sektor ekonomi, dan antar daerah

- Kriteria yang bersifat tahunan :

5) Tingkat inflasi

6) Tingkat pengangguran

- Yang diinginkann negara-negara sedang berkembang adalah keadaan yang dapat dan telah mengalami proses yang membawa perubahan-perubahan struktural yang berarti. Maka dalam kriteria struktural ditambah besarnya peranan sektor-sektor non pertanian/ non iekstraktif dalam GNP atau GDP, besarnya peranan sektor industri dan jasa (manufakturing) dalam ekspor, tingginya tingkat keterpaduan secacara vertikal dalam sektor industri, serta tingkat keterpaduan antara sektor dan antar daerah dalam ekonomi (B.S. Muljana, 1983).

- Untuk menilai kesuksesan suatu Pelita di Indonesia lazim di pergunakan kriteria tingkat pertumbuhan ekonoi dan tingkat pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan (dua logos dari Trilogi Pembangunan).

(2) Peralatan Analisis Ekonomi

- Langkah awal dalam mempelajari mekanisme kerja ekonomi nasional adalah mendekati kegiatan ekonomi melalui tiga sisi, yaitu segi produksi, segi pembelanjaan/ pengeluaran dan segi pendapatan. Ketiga pendekatan itu dalam berbagai buku literatur disebut analisis ekonomi makro (Susanto Hg., 1995).

- Beberapa konsep/ indikator penting yang perlu dpahami dalam rangka anlaisis ekonomi makro antara lain : produk domestik bruto (PDB), pendapatan nasional (Y), pendapatan per kapita, nilai tambah (Vas), kontribusi sektor (Ks), laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi (In), jumlah uang beredar (JUB), debt service ratio (DSR), nilai tukar perdagangan (TOT), tingkat pengangguran, tingkat kesenjangann dan incremental capital output ratio (ICOR).

a. Produk Domestik Bruto (PDB = GDP)

1) Dilihat dari sumber pembentukannya, GDP diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh nilai tambah dari sektor-sektor usaha.

Rumus :

GDP = VAsp + VAss + VAst

Keterangan :

VAsp = Nilai Tambah Sektor Primer

VAss = Nilai Tambah Sektor Sekunder

VAst = Nilai Tambang Sektor Tertier

2) Dilihat dari penggunaannya (dari segi pengeluaran), nilai GDP harus sama dengan nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga © + konsumsi pemerintah (G) + pembentukan modal bruto (I) + ekxpor dikurangi impor (X – M).

Rumus :

GDP = C + I + G + (X – M)

b. Pendapatan Nasional (NI – Y)

- Cara perhitungan pendapatan nasional :

Rumus :

GNP = GDP + F

NNP = GNP – D

NI = NNP – Nit

= (GDP + F) – D – Nit

NI = GDP + F – D – Nit

Skema :

Produk Domestik Bruto (GDP) Rp xxxxx

Ditambah : pendapatan neto terhadap luar

Negeri atas faktor produksi (F) Rp xxxxx

Produk nasional Bruto (GNP) Rp xxxxx

Dikurangi : penyusutan (D) Rp xxxxx

Produk Nasional Neto (NNP) Rp xxxxx

Dikurangi : pajak tak langsung (Nit) Rp xxxxx

Pendapatan Nasional (NI = Y) Rp xxxxx

c. Pendapatan per kapita

- Pendapatan nasional dibagi jumlah penduduk


- Rumus :

NI

Pendapatan per kapita : ---------

P

d. Nilai tambah (VAs)

- Rumus :

VAs = OPs – IPs

- Keterangan :

VAs = Nilai tambah masing-masing sektor

OPs = Output (keluaran) sektor

IPs = Input (masukan) sektor

e. Kontribusi Sektor (Ks)

Rumus :

VAs (Rp)

Ks = x 100%

PDB (Rp)

f. Laju pertumbuhan Ekonomi

Rumus :

PDBx – PDBx - 1

1) Cara tahunan =DPDBx = x 100%

PDBx-1




2) Cara Rata-rata

Keterangan :

r = laju pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap tahun

n = jumlah tahun (mulai dengan sampai dengan)

tn = tahun terakhir periode

to = tahun awal periode

g. Tingkat Inflasi (IF)

Rumus (Sederhana) :

1) Menghitung IHK (Indeks Harga Konsumen)

Current Price

Index Sumber = x 100%

Base-period price

2) Menghitung tingkat inflasi (inflation rate = IR)

IHKn

(1) Bulanan : IRn = x 100% - 100%

IHKn-1

Keterangan :

IR = angka inflasi (%) bulan n

IHKn = Indeks umum IHK Gabungan 17 kota bulan n

IHKn-1 = Indeks umum IHK Gabungan 17 kota bulan ke(n-1)

(2) Tahunan : cummulative method (dengan menjumlahkan inflasi setiap bulan)




IHKx

IRx = x 100% - 100%

IHK(x-1)

Keterangan :

IRX = tingkat inflasi tahun x

IHKn = IHK tahun x

IHKn-1 = IHK tahun yang lalu

h. Debt Service Ratio (DSR)

- Rasio angsuran hutang LN terhadap ekspor ini menggambarkan kemampuan suatu negara dalam melunasi hutang LN.

Rumus :




Keterangan :

Dt = Bunga & Cicilan hutang

Xnt = ekspor neto (bersih), setelah dikurangi impor mingas

Xbt = ekspor bruto (kotor)

- Karena yang menanggung beban hutang pemerintah dan swasta maka ada empat versi perhitungan DSR :

1) DSR pemerintah terhadap ekspor bruto

2) DSR pemerintah (pemerintah + swasta) terhadap ekspor bruto

3) DSR pemerintah terhadap ekspor neto

4) DSR Indonesia (pemerintah + swasta) terhadap ekspor neto

i. Nilai Tukar Perdagangan (term of Trade = TOT)

- Ada lima langkah untuk menentukan efek nilai tukar perdagangan LN terhadap GDP (mempeengaruhi kemakmuran), dua diantaranya adalah :

1) Pertama, menentukan indeks harga ekspor (Px) dan indeks harga impor (Pm)




Keterangan :

Px = Indeks ekspor

Pm = indeks impor

X, M = ekspor, impor

B = Bulan berlaku / harga tahun berjalan

K = harga konstan

2) Kedua, menentukan indeks nilai tukar (term of trade)




Keterangan :

Px = Indeks harga ekspor

Pm = Indeks harga impor

j. Tingkat Kesenjangan, bisa dihitung dengan Gini Coeeficient (GC) atau 40% golongan termiskin (40% GTM)

- Kesenjangan tinggi bila 40% GTM menerima <>

- Kesenjangan sedang bila 40% GTM menerima 12-17dari Y

- Kesenjangan rendah bila 40% GTM menerima > 17% dari NI (Y)

A. PERIODE KOLONIAL

(1) Karakteristik

a. Ciri perekonomian kolonial

- Pada jaman Kolonial belanda, ekonomi Indonesia diwarnai oleh suatu strategiyang melahirkan dualisme dalam kegiatan ekonoi, yaitu dualisme antara sektor ekspor (enclave) dan sektor tradisonal (hinterland). Sektor ekspor diwakili dengann kehadiran perkebunan-perkebunan di daerah pedesaan (Suroso, 1994).

- Pendirian perkebunan di daerah pedesaan semata-mata karena pertimbangan lokasi yang menguntungkan (tanah subur, iklim cocok) dan bukan untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

- Struktur perekonomian kolonial seperti gambar di bawah ini :











Sektor Tradisional

(HINTERLAND)





- Pasar dunia dan sektor ekspor terpisah dengan sektor tradisional, karena sektor ekspor berhubungan langsung dengan pasar dunia dan mendapat proteksi dari pemerintah.

b. Konsep Dualisme

Sejak jaman penjajahan sampai saat ini perekonomian Indonesia masih juga menunjukkan ciri-ciri adanya dualisme, baik dualisme yang bersifat teknologis, maupun yang bersifat ekonomis, sosial dan kultural. Boeke memberikan definisi masyarakat dualistis (Anne Booth, 1990) :

“Masyarakat yang mempunyai dua gaya sosial berbeda, yang masing-masing hidup berdampingan. Dalam proses evolusi sejarah normal yang berlaku bagi masyarakat homogen, kedua gaya sosial tersebut me3wakili tahap perkembangan sosial yang berbeda, dipisahkan oleh suatu gaya sosial lain yang mewakili tahap transisi, misalnya : masyarakat sebelum kapitalisme dan masyarakat kapitalisme maju yang dipisahkan oleh masyarakat kapitalisme awal….”

(2) Statistik Ekonomi Kolonial

a. Kedudukan dan Fungsi Hindia Belanda

- Sistem pemerintahan Kolonial (Hindia Belanda) menciptakan sistem ekonomi kolonial yang diarahkan untuk memenuhi kepentingan negeri Belanda. Maka Hindia belanjda sebagai negeri jajahan dijadikan sebagai :

1) Daerah penghasil bahan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri negeri Belanda.

2) Daerah pemasaran bagi hasil industri dari negeri Belanda.

3) Daerah penghasil devisa bagi kepentingan negeri Belanda.

- Hal ini terlihat dari peranan perdagangan Hindia Belanda (Indonesia) di masa yang lalu.

b. Peranan Hindia Belanda Dalam Perdagangan

- Peranan Hindia Belanda terlihat dari prosentase ekspor terhadap ekspor dunia untuk beberapa komiditi, antara lain : kina 99%, lada 86%, Kapok 72%, karet 37%, agave 33%, hasil kelapa 27%, minyak sawit 24%, the 19%, timah putih 17%, gula 5% (Soemitro, 1953; di kutip dari Suroso, 1994).

- Perdagangan Hindia Belanda sebelum kemerdekaan sebagai berikut :

Impor dari Ekspor ke

Negeri-negeri Asia $ 89.000.000 $ 144.000.000

Negeri-negeri Eropa 141.000.000 117.000.000

Amerika 36.000.000 90.000.000

Afrika 9.000.000 46.000.000

Australia 8.000.000 22.000.000

- Kira-kira ¼ dari impor Hindia belanda datang dari negeri belanda. Memang merupakan politik belanda untuk mendahulukan Firma-firm Dagang Belanda.

- Selama 20 tahun antara kedua perang dunia, neraca perdagangan Hindia Belanda dengan Amerika mengalami surplus $ 955 juta, sedang nerraca dagang negeri Belanda dengan Amerika defisit sebesar $900 juta. Surplus dari Hindia belanda ini yang dipergunakan untuk menutup defisit negeri Belanda (Soemitro, 1953: dikutip dari Suroso, 1994).

c. Pendapatan Penduduk Indonesia Asli

- Menurut data yang dihimpun oleh Polak pada tahun 1942, perekonomian Indonesia telah mengalami masa-masa pasang surut (Anne Booth, 1990) :

1) Pendapatan riil naik dalam tahun-tahun 1923 – 1928 dan 1934 – 1939.

2) Masa-masa stagnasi dialami pada waktu terjadi depresiasi dunia tahun 1929 – 1933.

- Antara tahun 1921 – 1939 pendapatan riil penduduk Indonesia asli naik 50% (sekitar 2,6% per tahun). Sedang laju pertumbuhan penduduk waktu itu sekitar 1,5% per tahun.

- Ini berarti bahwa pada masa penjajahan Belanda ada peningkatan kesejahteraan hidup rakyat meskipun kecil dan lambat sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar